Quantcast
Channel: Riawani Elyta
Viewing all articles
Browse latest Browse all 599

Kiat Memulai Wirausaha Kuliner

$
0
0

Disclaimer : tulisan ini mungkin terkesan sedikit serius. Tetapi, percayalah, apa yang akan saya sajikan ini adalah langkah penting untuk memulai wirausaha kulinersebagai jenis wirausaha yang sangat menjanjikan.


Farah Quinn, Bara Patiradjawane, Bondan Winarno. Rudi Choirudin, Sisca Suwitomo.
Siapa sih, yang nggak kenal nama-nama ini? Kehadiran mereka di layar kaca sebagai hostberagam acara kuliner yang dikemas secara entertain, fun, modern, berlatar belakang alam terbuka juga lokasi-lokasi indah di daerah-daerah seantero nusantara, tebukti mampu menjadikan acara kuliner sebagai salah satu program favorit televisi berating cukup tinggi.

Tentu, ini merupakan perkembangan positif yang menginspirasi, bahwa dunia kuliner masa kini adalah profesi yang layak digeluti.

Ups! Sebelum terlanjur salah kaprah, saya tidak mengajak kalian untuk menjadi hostacara memasak lho! Tetapi saya ingin mengajak kalian menelusuri seluk-beluk dunia wirausaha kuliner yang tak hanya sekadar dapat menambah kepulan asap dapur,tetapi juga mengasah kreativitaskita untuk mengembangkan profesi bisnis yang bermanfaat, menyenangkan dan bisa dijalani oleh siapapun termasuk oleh kaum remaja.

Sebelum kita mulai berbincang lebih jauh, satu hal yang perlu kita ketahui, bahwa jumlah pebisnis di suatu negara bisa menjadi indikator dari tingkat kemakmuran negara tersebut lho.

Seorang Sosiolog dari Harvard, Dr. David McClelland dalam bukunya “The Achieving Society (Van Nostrand, 1961), mengatakan, bahwa suatu negara bisa makmur apabila minimal 2% dari jumlah penduduknya menjadi pengusaha. Untuk negara Indonesia yang memiliki lebih kurang dua ratus empat puluh juta penduduk,maka  jumlahdua persen darinya berarti setara dengan lima juta orang pengusaha.

Namun pada kenyataannya, jumlah pengusaha di Indonesia baru mencapai sekitar 400.000 pengusaha, atau berada di kisaran 0,18% dari jumlah seluruh penduduk Indonesia. Sebagian besar jumlah ini juga masih terkonsentrasi pada usaha mikro (kecil) sehingga tidak membuka peluang terlalu besar untuk merekrut banyak tenaga kerja dan menciptakan lapangan pekerjaan.


Bandingkan dengan negara Singapura yang memiliki jumlah pengusaha sekitar 7,2 % dari total jumlah penduduknya, ataupun Amerika Serikat yang mencapai 8% dari total jumlah penduduk, atau juga Jepang dan Korea yang memiliki prosentase jumlah pengusaha lebih dari 5%. Negara-negara ini adalah negara yang berada dalam kategori negara makmur dan sangat besar pengaruhnya dalam pergerakanroda bisnis internasional.

Terdapat beberapa faktor yang mendukung teori David McClelland tentang perbandingan lurus antara jumlah pengusaha dengan kemakmuran suatu negara, antara lain :
1.   Banyaknya pengusaha berarti mendorong tumbuhnya lapangan pekerjaan dan kebutuhan akan tenaga kerja
2.Pengusaha memiliki sifat mental positif yang senantiasa ulet, kreatif, dan pantang menyerah sehingga menjadi potensi SDM yang berkualitas
3.      Semakin banyak pengusaha akan mendorong investasi dan permodalan
4.      Banyaknya jumlah pengusaha akan meningkatkan akses terhadap daya guna teknologi dan informasi

Islam sendiri sangat mendorong umatnya untuk mencari nafkah dengan cara berbisnis. Dan hal ini telah dicontohkan pula oleh junjungan Rasululllah SAW yang telah mulai berdagang pada usia dua belas tahun, dan istri pertama beliau Siti Khadijah yang juga adalah seorang pengusaha.

Terkait keutamaan berbisnis atau berdagang, Rasulullah SAW bersabda:
"Ada yang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: "Wahai Rasulullah, mata pencaharian apakah yang paling baik?" Beliau bersabda, "Pekerjaan seorang laki-laki dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang mabrur (diberkahi)." (HR. Ahmad, Ath Thobroni, dan Al Hakim. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Hm, sepertinya perbincangan kita ini cukup serius yah?Mari, kita kendorkan sedikit dengan menjawab pertanyaan berikut:

Manakah yang lebih benar, “Hidup untuk makan, ataukah makan untuk hidup?”
Lha, ini ‘kan pertanyaan gampang? Tentu saja jawabannya: makan untuk hidup!

Ini memang benar.Tetapi kalimat pertama juga belum tentu salah lho, justru inilah yang kemudian menginspirasi beragam alasan mengapa wirausaha kuliner menjadi bisnis yang sangat menjanjikan.

Kita lihat fakta berikut yuk :
1.      Makan untuk hidup
Yup! Manusia membutuhkan nutrisi untuk hidup.Dan nutrisi diperoleh dari makanan. Tanpa adanya asupan nutrisi, maka kelangsungan hidup manusia akan terancam. Bahkansejak berada didalam rahim pun, manusia membutuhkan asupan makanan agar proses perkembangan dan pertumbuhannya tidak terganggu. Intinya, mengonsumsi makananadalah kebutuhan pokok manusia paling vital.

Maka, tak dapat dipungkiri, wirausaha kuliner adalah usaha paling tepat untuk menopang terpenuhinya kebutuhan manusia akan makanan. Kebutuhan yang tak akan pernah tercoret dari daftar hal-hal yang harus dipenuhi manusia hingga akhir hayat. Dengan kata lain, bisnis kuliner adalah bisnis yang tidak mengenal batas kadaluarsa ataupun ketinggalan jaman.

2.      Hidup untuk makan
Boleh percaya atau tidak, bahwa dinamika kehidupan di abad modern ini telah membuat kebutuhan makanan tak hanya berada pada posisi primer tetapi juga mengisi posisi kebutuhan sekunder bahkan tersier sekaligus?  

Biaya kehidupan yang kian hari kian meningkat, mau tak mau mendorong manusia untuk bekerja lebih keras demi memperoleh penghasilan yang memadai agar bisa mencukupi kebutuhan hidup. Hal ini membuat manusia modern kerap dilanda kelelahan dan tingkat stress yang lebih tinggi. Maka, salah satu cara melarikan diri dari keruwetan itu adalah dengan mencari hiburan. Dan, hiburan yang paling gampang adalah dengan......makan-makan!

3.      Kebutuhan sosial
Jika ditanya budaya apa yang selalu menyertai acara kumpul-kumpul atau bersosialisasi, jawabnya sudah pastisama...makan-makan!


Ya. Kehadiran makanan dam minuman nyaris tak terpisahkan dengan beragam aktivitas sosial manusia. Arisan, tea party, pengajian, coffee break, sampai perhelatan acara yang dihadiri orang-orang dalam jumlah besar, semuanya pasti menyertakan makanan dan minuman. Belum sah suatu acara tanpa adanya acara bersantap.

Nah, dari beberapa poin diatas, yangdapat kita kategorikan sebagai faktor-faktor eksternal, sudah terlihat jelas bukan,mengapa bisnis kuliner layak dijadikan alternatif wirausaha yang berpotensi untuk terus berkembang?

Lantas, bagaimana dengan faktor internal? Yuk, kita obrolin bersama :
1.      Niat  dan motivasi

 Kasus 1
“Krisis ekonomi global di tahun 1998 berdampak pada dipecatnya Pak Karyo dari perusahaan, ekonomi keluarganya jadi morat-marit ditambah lagi lonjakan harga yang membubung kian membuat kehidupan keluarga Pak Karyo terpuruk.

Dalam situasi serba sulit itu, Pak Karyo sejenak mengamati lingkungan di sekitar tempat tinggalnya. Mencari peluang dan ide akan usaha apa yang bisa ia lakukan untuk mempertahankan kepulan asap dapurnya. Dari hasil pengamatannya itu, pak Karyo menemukan bahwa nyaris tidak ada warung makan yang buka sejak pagi sementara rata-rata warga lingkungannya meninggalkan rumah di pagi hari untuk bekerja atau pergi ke sekolah. Dari situ muncul ide pak Karyo untuk memulai bisnis warung makan sederhana yang menyediakan khusus menu sarapan pagi dan buka sejak jam enam pagi. Waktu dimana sebagian besar warga mulai bersiap-siap untuk keluar rumah dan tidak sempat untuk menyiapkan makan ataupun sarapan pagi terlebih dulu di rumah.

Meski tidak memiliki basis seorang tukang masak, namun Pak Karyo merasa ini adalah kesempatan emas untuknya segera banting setir dan kembali mencari nafkah untuk membiayai kehidupannya dan keluarga.

Kasus 2
Sejak lulus SMK Sita memang tidak ingin melanjutkan kuliah.Ia lebih memilih untuk mandiri dan mencari uang dengan usahanya sendiri.Sejak SMP Sita sangat gemar membuat kue kering, oleh karenanya, Sita bercita-cita membuka usaha kue kering.Keinginan itu mendorong Sita mencari informasi dan peluang usaha di sekitar tempat tinggalnya untuk memulai bisnis kue kering. Dari hasil penjajakannya itu, Sita kemudian memutuskan untuk membuat beberapa sampel kue kering yang kemudian ia titipkan di beberapa warung, mini market juga di acara-acara arisan tetangga. Untuk tahap awal, Sita memakai methode sederhana mouth to mouth alias penyebaran berita dari mulut ke mulut seraya terus menimba ilmu untuk mengembangkan usahanya.

Pada kasus 1, kesulitan ekonomi akibat krisis global memicu Pak Karyo untuk memulai usaha kuliner.Inilah yang dinamakan niat diawali oleh motivasi.
Sedangkan pada kasus 2, keinginan dan niat Sita untuk memulai bisnis kuliner, selanjutnya memotivasi Sita untuk menggali ilmu dan mencari peluang agar bisnisnya kelak bisa lancar dan berkembang.

Seringkali, niat oleh latar belakang motivasi yang ‘sulit’ seperti kasus Pak Karyo, mampu membuat seseorang memiliki kekuatan dan keteguhan dalam menjalankan usahanya. Namun sekedar terdorong oleh motivasi saja tidak cukup.Pak Karyo tetap harus menimba ilmu dan informasi sebanyak-banyaknya agar bisa menyusun rencana pengelolaan bisnis yang matang serta meminimalisir resiko dalam menjalaninya.

2.      Minat dan hobi

Jika kita memang telah memiliki minat dan hobi padausahakuliner seperti kasus Sita diatas, mungkin, tidak akan terlalu sulit bagi kita menentukan bidang kuliner yang akan kita geluti. Bahkan kendala yang dihadapi pun akan kita anggap sebagai tantangan yang harus ditaklukkan. 

Namun bagaimana jika kita tidak memiliki hobi  atau minat pada aktivitas kuliner sementara didalam hati kita telah menyimpan niat menggebu untuk memulai usaha kuliner?Jangan dulu putus asa, kita masih bisa menggali ide dan motivasi melalui step berikut ini.

3.      Peluang 
Inilah yang harus kita gali bahkan jika perlu melakukan investigasi untuk menemukan peluang wirausaha kuliner. Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk menemukan dan menangkap peluang, antara lain :
 
-          Berjalan-jalan
Ya. Ide menemukan peluang tidak akan menghampiri kita jika kita hanya duduk dan berdiam diri di rumah. Pergilah keluar, lalu berjalan-jalanlah.Dari sini kita akan dapat mengamati wirausaha kuliner macam apa yang bisa kita lakukan.

-          Perluas pergaulan dan eratkan silaturahim
Islam amat menganjurkan umatnya untuk saling bersilaturahim. Salah satunya sebagaimana sabda Rasululullah SAW yang artinya :
“Seseorang berkata: ‘Ya Rasulullah, beritahukan kepadaku amalan yang akan memasukkan aku ke surga dan menjauhkanku dari neraka.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan: “Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya, menegakkan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung silaturahim’.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Tentu, dalam hubungannya dengan memulai suatu bisnis, melakukan silaturahim tidak semata diniatkan untuk kepentingan bisnis itu sendiri, melainkan hendaknya diniatkan karena Allah, karena segala yang dilakukan dengan Sang Maha Pencipta sebagai tujuan, insya Allah akan memperoleh keberkahan dan hidayah. Sebaliknya segala aktivitas yang dilakukan hanya untuk tujuan tertentu saja, maka tiadalah nilai kebaikan akan diraih oleh pelakunya tanpa izin Allah selain hanya tujuan yang ingin dicapainya tersebut.

Pada saat meluaskan pergaulan dan silaturahim, kita dapat menyerap begitu banyak informasi yang diantaranya barangkali saja sangat bermanfaat untuk memunculkan ide bisnis kita. Ketika berbincang-bincang sejenak dengan orang tua yang sama-sama menjemput anak pulang dari taman kanak-kanak, kita mungkin baru mengetahui kalau sebagian dari orang tua tersebut tidak punya cukup waktu untuk menyiapkan bekal untuk buah hatinya sementara catering yang disediakan pihak sekolah kurang diminati anak-anak. Informasi ini bisa kita olah untuk memunculkan ide bisnis snack box atau bekal sekolah anak.


Begitu juga saat menghadiri pertemuan antar warga di lingkungan kita, entah itu berupa arisan, majelis ta’lim ataupun rapat RT, kita dapat mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya akan hal-hal yang terkait dengan kebutuhan warga terhadap makanan. Barangkali saja selama ini warga lingkungan kita kesulitan menemukan jajanan yang enak dan murah, jika ingin membeli gorengan saja harus keluar gang dulu yang berjarak ratusan meter, maka kebutuhan ‘sederhana’ semacam ini pun bisa menjadi bahan untuk mengolah dan memunculkan ide bisnis kita.

-          Memperkaya wawasan
Ada begitu banyak sarana dan fasilitas yang bisa kita gunakan untuk tujuan ini. Kita bisa melakukannya dengan banyak membaca, baik membaca buku, surat kabar, ataupun majalah. Juga menonton televisi, mendengar radio, dan menjelajahi informasi di internet.
Semua sarana ini tidak hanya membantu kita untuk menelurkan ide tapi juga dapat memancing kreativitas.

Setelah melalui tahap identifikasi terhadap motivasi juga investigasi terhadap jenis bisnis kuliner yang akan kita geluti, maka langkah selanjutnya adalah : persiapan modal.

4.      Prakiraan modal 
Tak dipungkiri, bahwa ketersediaan atau availibitas dana merupakan input terpenting dari usaha. Tetapi, kita tak harus menunggu input ini tersedia dalam jumlah banyak baru kita merasa yakin untuk memulai usaha. Percayalah, saat kita telah memancang niat dan mengobarkan semangat, kita bisa memulai bisnis dengan modal berapapun juga! 

Ibu Hesti (bukan nama sebenarnya) mengawali usahanya di bidang kuliner dengan meminjam  beberapa kilogram tepung dan bahan lainnya di warung tetangga untuk membuat beberapa puluh buah kue sus. Selanjutnya ia menjual kue sus dengan cara menitipkan di toko, kantin dan menjajakan dari rumah ke rumah. Hasil penjualan ia gunakan untuk mengganti bahan yang ia pinjam dan keuntungannya diputar untuk membeli tambahan bahan. Begitu seterusnya hingga usahanya perlahan berkembang. Kini Bu Hesti telah memproduksi tak kurang dari ratusan buah kue sus, roll cake dan kue-kue lainnya setiap hari dan penjualannya telah merambah ke supermarket dan plaza-plaza terkemuka di ibukota. 

Ketika telah memulai usaha dan kita merasa perlu untuk menambah modal, kita bisa melakukannya dengan meminjam pada sumber yang terpercaya, seperti kerabat dekat dan saudara. Tentu, dalam hal ini kita juga harus memegang kepercayaan, bahwa modal yang kita pinjam akan kita kembalikan tepat waktu. Jika usaha kita mulai berkembang dan membutuhkan tambahan modal dalam jumlah besar, kita bisa mencoba mengajukan pinjaman modal kepada lembaga perbankan, institusi pemerintah, ataupun koperasi yang menyediakan kredit lunak pada pengusaha mikro. Hindari melakukan pinjaman pada rentenir, karena hal ini akan menjerat kita pada riba yang mencekik.

5.      Tempat / lokasi

Pertimbangan akan lokasi adalah penting untuk kita melakukan proses pengolahan. Untuk usaha pada skala kecil, kita masih bisa memanfaatkan dapur rumah. Namun jika usaha mulai berkembang, kita memerlukan tambahan kapasitas ruang. Juga perlu dipertimbangkan akan sirkulasi udara yang lancar jika jenis makanan yang diolah menghasilkan akumulasi asap atau hawa panas. 

Untuk lokasi berjualan, kita bisa menentukan pilihan antara berjualan tanpa mengeluarkan biaya sewa ataupun sebaliknya.Untuk yang tidak mengeluarkan biaya, kita bisa memanfaatkan halaman rumah ataupun teras sebagai lokasi berjualan. Jika kita tinggal didalam gang, maka pastikan bahwa di depan gang kita terdapat petunjuk tentang lokasi berjualan. 

Jika kita memutuskan untuk menyewa ruko, maka sebaiknya jenis makanan yang dijual adalah yang jenis perputarannya cepat, semisal makanan cepat saji sehingga kita pun bisa menyisihkan keuntungan untuk membayar sewa. 

Tidak semua jenis bisnis kuliner membutuhkan lokasi husus. Kita juga bisa berbisnis dengan memanfaatkan lokasi milik orang lain atau dengan cara dititipkan. Umumnya cara ini menganut sistem konsinyasi yang disepakati kedua belah pihak, dimana pembayaran dilakukan setelah barang terjual dan sang penjual boleh menambah atau menitipkan kembali apabila stok lama sudah terjual.

6.      Peralatan

Untuk tahap awal, kita bisa menggunakan peralatan yang ada di dapur kita sendiri terlebih dahulu. Jika bisnis kuliner yang akan kita tekuni membutuhkan tersedianya kulkas seperti berjualan es dan dessert, maka kita harus mempertimbangkan kebutuhan akan kulkas khusus yang terpisah dari kulkas kebutuhan rumah termasuk kapasitas daya listrik di rumah kita. 

Saat ini banyak toko konvensional maupun onlineyang menawarkan pembelian peralatan kuliner skala besar secara kredit. Ini bisa kita jadikan alternatif pemenuhan kebutuhan dengan pembiayaan yang lebih ringan. Namun sekali lagi kita harus memperhitungkan kapasitas daya listrik yang diperlukan jika peralatan yang digunakan merupakan mesin-mesin yang digerakkan oleh tenaga listrik seperti blender, mixer ataupun ice cream maker.

7.      Kalkulasi biaya

Untuk menentukan harga jual, kita harus mengetahui lebih dulu rata-rata harga makanan yang bakal kita jual serta lokasi sasaran.Jika lokasi yang kita tuju, masyarakatnya sebagian besar adalah golongan penghasilan menengah ke bawah, sangat tidak dianjurkan untuk menetapkan harga tinggi.Harga barang yang meningkat sewaktu-waktu hendaknya diantisipasi sedini mungkin.Kalaupun nantinya terjadi kenaikan harga diluar dugaan, paling tidak sejak awal kita telah menyimpan ‘stok’ trik-trik jitu untuk menyiasati berbagai kemungkinan. 



Pada tahap awal, terutama bagi kita yang sebelumnya tidak pernah menekuni bisnis apapun, methode sederhana untuk menentukan harga jual adalah dengan menjumlahkan semua harga bahan, termasuk biaya listrik, BBM, upah pekerja (jika ada) dan packaging lalu dikalikan dengan 150 %. Hasil dari pengalian ini dibagi per item makanan yang dijual, itulah yang menjadi harga jual produk kita.

8.      Administrasi

Jangan pernah mengabaikan pentingnya administrasi meski untuk usahaskala superkecil sekalipun.Kita tidak perlu berpikiran terlalu ribet saat mendengar kata administrasi, karena sesungguhnya hakikat administrasi adalah untuk memudahkan tertib usaha. Di tahap awal cukuplah kita mempersiapkan perangkat ‘wajib’ terdiri dari buku besar yang berisi pencatatan semua arus keluar masuk biaya termasuk ketersediaan modal baik modal dana maupun barang serta utang piutang, buku nota dan kuitansi, nota pesanan barang, serta buku memo yang memuat catatan-catatan penting kita terkait bisnis yang dijalankan. 

Jika kita memiliki perangkat komputer di rumah, kita bisa menyimpan semua data ini didalam satu file khusus dan menggunakan Microsoft Excell untuk melakukan penghitungan cepat dan akurat terhadap semua transaksi kita.

9.      Kreativitas

Tak ada salahnya untuk mulai berkreasi sejak awal, dengan menjadikan produk jualan kita berbeda dari produk yang sudah ada.Sebagian besar bisnis kuliner memulai usahanya untuk menarik pelanggan dengan menggelar soft launching dan memberlakukan diskon pada hari pembukaan.Bagi kita yang memilih bisnis makanan ringan dengan cara menitipkan di toko-toko, kita dapat mengkreasikan produk kita dengan membuat bentuk yang berbeda dari makanan ringan sejenis ataupun mengemasnya dalam paket yang menarik.

 

Demikianlah beberapa kiat yang dapat kita praktekkan dalam memulai wirausaha kuliner. Jangan lupa, iringi dengan doa yang sungguh-sungguh ya, agar usaha kita berjalan lancar dan kita senantiasa berada dibawah lindunganNya. Juga tetaplah berpegang pada aturanNya dalam menjalankan wirausaha, maka insya Allah, segala usaha kita termasuk wirausaha kuliner yang kita jalankan akan bernilai barokah dan rejeki akan mengalir dari pintu-pintu yang tak pernah kita duga.

Sumber gambar : www.pixabay.com

“Tulisan ini diikutkan dalam Giveaway Semua Tentang Wirausaha yang diselenggarakan oleh Suzie Icus dan Siswa Wirausaha

Viewing all articles
Browse latest Browse all 599

Trending Articles


FORECLOSURE OF REAL ESTATE MORTGAGE


OFW quotes : Pinoy Tagalog Quotes


Long Distance Relationship Tagalog Love Quotes


INUMAN QUOTES


Sapos para colorear


Patama Quotes : Tagalog Inspirational Quotes


5 Tagalog Relationship Rules


Re:Mutton Pies (lleechef)